Kata Pengantar.
Sebenernya trip ini ditulis oleh Adi. Tapi berhubung doi lagi sibuk dan gak sempet login ke Blogger, jadilah gue yang posting ini trip. Gue sendiri gak ikutan ke Tulamben.
Dan berhubung Adi ngirim ke gue dengan cerita yang panjaaaaang (sampe 6 halaman!) terpaksalah gue edit lagi, supaya lebih ringkas dan gak terlalu panjang utk di baca di blog ini.
Oke guys .. begini ceritanya ….. *kismis mode on
Awalnya sih, AnakLaut pengen nyelam di Bunaken, Manado, Sulawesi Utara. Pencetusnya sebenernya si Aidil, yang mendapat tugas dari kantornya ke kota Manado, Sulawesi Utara. Duuhh sapa she yang nggak pengen nyelam di Bunaken?
Pucuk dicinta,.... ulam pun nggak nyampe. Ketidakjelasan keberangkatan Aidil ke Manado, memaksa segelintir warga anak laut, memutuskan untuk memutar haluan.
Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, gagal, Bali pun kini menjadi target berikutnya. Tanpa banyak ba bi bu sepakatlah gue (Adi), Dwi, dan Kiki, berangkat ke Bali plus Juno, jagoan gue. Khusus tuk Sarwo, doski diculik ikut. Soalnya, kalo nggak ada doi rasanya nggak asyiklah yauw. Maklumlah,... sampai saat ini doi kan masih menjadi petinggi tertinggi di AnakLaut, khususnya dalam urusan selam menyelam.
Cuma ber-5? Nggak lah yauw. Soalnya, diam-diam tapi pasti, Asep pun mutusin tuk bakal gabung tanpa sepengetahuan Sarwo. Bayangin, Asep baru mutusin ikut 1 hari sebelum hari keberangkatan, yaitu hari Jumat, 24 Juni 2004. Emang gila n nekad!
Jumat, 24 Juni 2004.
Siang ini gue, Dwi, Kiki, Sarwo, Juno, terbang ke Bali. Malem harinya Asep pun nyampe di Bali. Nyampe di Bali, kami tidak langsung ke lokasi penyelaman, yaitu Tulamben, Bali, melainkan nginep dulu di Hotel Restu Bali, Legian - Kuta, Bali (---keputusan yang akhirnya nanti akan disesali---). Seperti biasa,.... tuk ngabisin malem Sabtu di Legian - Kuta, Kiki dan Dwi ber-hedon ria. Hehehehehe. Nyelam sih nyelam,... tapi hedon nggak boleh dilupain,... dong; demikian prinsip Kiki dan Dwi.
Sabtu, 25 Juni 2004.
Kurang lebih pukul 07.00 pagi, dengan mobil kijang sewaan, kami berangkat ke Tulamben - Bali. Perjalanannya sih sik-asyik aja walau menempuh waktu lebih kurang 3 jam. Maklum, Bali kan indah alias biutipul,... kan? Nggak terasa, kami pun akhirnya sampe di Bali Coral Bungalows, Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali, yaitu tempat Dive Operator yang akan ngurus kami untuk melakukan penyelaman .
Di Bali Coral Bungalows sudah nunggu Yossi, Rina, dan Albert, yang belum lama menyelesaikan pendidikan nyelamnya lewat AnakLaut.
::: SHIPWRECK ::: .
Penyelaman pertama dimulai lebih kurang jam 10.00 waktu mBali. Pilihan untuk melakukan penyelaman pertama adalah di Shipwreck. Alasannya -menurut guide dr Bali Coral- karena kalau nyelam di Shipwreck siangan dikit, bakal kayak cendol. Maksudnya, bakal banyak penyelam lain yang nyelam di sana. Semua penyelaman di Tulamben adalah shore dive/ beach entry dimana penyelaman dilakukan dari pantai. Jadi nggak pake boat ataupun dari pier. Khusus untuk beginner maka shore dive di Tulamben rada-rada sulit karena ombak bakal menghantam para diver sebelum bisa melakukan penyelaman..
Yang ikut dalam penyelaman ini adalah gue, Dwi, Yossi, Albert, Kiki, Asep dan Sarwo serta leader dari Bali Coral Bungalows Dive Operators (kalo nggak salah namanya Kadek).
Gile bow,... baru mulai nyelam aja (lebih kurang kedalaman 3 - 5 meter), meski dasar lautnya cuman tanah/pasir yang berwarna kehitam-hitaman tanpa dihiasi corals, tapi ikan-ikannya,..... ruaaaaar biasa (foto ikan kecil warna biru). Warna warni meck! Kamera underwater yang gue pake pun mulai beraksi. Ceklek sana,... ceklek sini,...., eh, bukan hanya ceklek sana ceklek sini, tapi juga sambil bikin film, tiba-tiba om Asep kasih kode tuk liat ke atas. Gue pun ngedongak ke atas. Weks! rupanya ikan lagi pada schoolling. Gue putusin tuk ngejar para ikan yang lagi asyik ber-schoolling ria. Itu berarti mesti naik lagi dari kedalaman 15 meteran ke kedalaman 5 meteran. Apa boleh buat,.... yang penting momen indah itu mesti diabadikan kan toh? Selesai ambil foto dan bikin film ikan yang lagi schoolling, sang potograper pun nyusul teman-teman yang kayak-kayaknya sih lagi keasyikan sehingga lupa teman.
Hanya dalam waktu singkat para teman pun tersusul. Eh,.... ternyata mereka sudah mulai keasyikan mengamati shipwreck dan tentunya dengan segala isinya, yaitu para ikan-ikan. Ada ghost pipe fish yang lagi hamil, ada kerapu yang guadeee nya lumayan dan ada frog fish yang bentuknya mirip-mirip (katanya sih) kodok, cuman warnanya dominan kuning .
Wuiii indah rek!!. Apalagi visibilitinya mendukung (lebih kurang 15 meteran horizontal). Emang nggak salah tuh, kalo kata banyak para diver, baik lokal maupun manca negara, kalau mo nyelam di Bali, nggak nyelam di Tulamben, bakal nyesal deh. Dengan kata lain, shipwreck Tulamben adalah salah satu dive spot yang kudu didatengin kalo mo nyelam di Bali.
Sayang seribu sayang,.... belum lagi puas menikmati shipwreck beserta seluruh isinya, karna belum sampe ke bagian bow shiprwreck yang berada di kedalaman lebih kurang 30 meteran,.... tabung udara dah mulai menipis. Padahal penyelaman baru memakan waktu lebih kurang 40-an menit. Akhirnya, dengan berat hati,.... bersama dengan seluruh rekansss,.... penyelaman pun berakhir. Di permukaan ternyata dah nunggu si jagoan Juno, lengkap dengan bc, masker, snorkel, dan fin tentunya. Rupa-rupanya, selagi kami asyik di bawah air, si Juno juga asyik ber snorkling ria ditemani salah satu guide Bali Coral.
::: DROP OFF :::
Pilihan untuk penyelaman ke- 2 adalah di spot yang namanya Drop Off. Mau tau kenapa namanya drop off? Ikutin aja kisah penyelamannya. Hehehehehe.
Pake peralatan di pantai, terus nyemplung ke air dan berenang dikit ke arah tengah (lebih kurang 10 meteran dari pantai), mulai lah kami melakukan penyelaman.
Awalnya sih biasa-biasa aja. Yang namanya ikan sih tetap warna-warni. Coral juga mulai ada. Padahal kedalaman belum dalam banget. Lagi asyik-asyiknya nambah kedalaman nyelam, eh, tiba-tiba dasar lautnya ngilang. Ngeliat ke bawah, lumayan gelap. Ooooo,.... itu toh sebabnya disebut drop off. Soalnya, tiba-tiba aja wall sudah menghadang di depan. Bisa ngebayanginkan maksudnya? Sederhananya, dasar laut yang tadinya keliatan dan bahkan bisa diinjak, tiba-tiba ngilang karena berubah bentuk menjadi lereng yang lumayan dalam dengan kemiringan lebih kurang 80-an derjat (almost vertical,... man).
Kami pun menambah kedalaman sampai lebih kurang 25-an, sementara melihat ke bawah masih nggak jelas dasarnya. Sesuai dengan aturan, kami pun nggak menambah kedalaman. Kami hanya ngikutin leader aja yang mempertahankan penyelaman di kedalaman lebih kurang 25-an meter. Sesuai dengan namanya drop off yang tentunya punya wall, maka coral pun banyak bertumbuhan di wall. Yang menakjubkan adalah adanya seafan berwarna keunguan yang gedenya lumayan. Kami pun segera beraksi di depan seafan tersebut tuk difoto. Lagi asyik-asyik mulai ngambil foto,... eh,... tiba-tiba kamera underwaternya ngadat. Rupa-rupanya si batre ngambek alias habis. Matilah si kamera!
Gara-gara dah kebelet nyelam, gue sampe lupa ganti batre. Padahal bukan hanya seafan aja yang kudu diabadikan tetapi juga berbagai jenis ikan yang ada, termasuk scorpion fish yang lumayan gede-gede. Yang paling disesalkan adalah aksi sang leader dengan gurita.
Ceritanya gini :
Selese menikmati keindahan wall beserta seluruh isinya, kami pun berbalik arah 180 derajat yang berarti kami mulai siap-siap untuk naik ke permukaan. Lagi asyik-asyiknya naik ke permukaan, di dasar laut dengan kedalaman lebih kurang 10 s/d 12 meteran sang leader nemuin gurita (liat aja nih si leader!). Dengan keahliannya (itu sebabnya sang leader mendapat julukan “gurita man”), sang leader berhasil menangkap sang gurita. Lantas mulailah sang leader menggoyang-goyangkan si gurita di tangannya. Dengan serta merta, tinta pun berhamburan dari si gurita. Setelah sekian waktu, akhirnya tinta sang gurita pun habis. Lalu barulah sang leader memberi kesempatan kepada kami untuk mengamati bahkan memegang/mengelus-elus sang gurita. Gara-gara dah kecapean digoyang-goyang si leader, gurita pun manut aja diamati dan dipegang/dielus sama kami. Eh, om Sarwo, ternyata nggak puas kalo hanya mlototin dan megang/ngelus si gurita. Om Sarwo pun coba megang si gurita. Lagi-lagi si gurita cuma manut aja dipegang om Sarwo alias tetap menggelendot di tangan om Sarwo. Setelah puas, akhirnya bermain dengan sang gurita pun selesai dan itu berarti si gurita pun dilepas ke habitatnya.
Nggak terasa, isi tabung udara pun mulai menipis dan itu pertanda kami sudah harus naik ke permukaan. Setelah lebih kurang 40-an menit menyelam di spot drop off, akhirnya kami pun naik ke permukaan. Welcome back to daratan,... dudes!
::: CORAL GARDEN :::
Mo liat pesawat di bawah air? Nyelam gih di coral garden. Hehehehe. Inilah dive spot penyelaman ke-3 alias penyelaman terakhir tuk hari ini (Sabtu, 25 Juni 2004). Kali ini yang nyelam di coral garden masih sama tapi minus mbak Yossi, tapi + mbak Rina yang ngotot tuk ikutan nyelam walau nyelam dengan gaya semi discovery di bawah bimbingan om Sarwo, sedangkan leader kami masih sama, yaitu si Kadek.
Baru mulai nyelam di kedalaman 5 s/d 7 meteran,... di dasar laut sudah menyambut 1 buah pesawat terbang. Ooooo,.... itu tu maksudnya! Hehehehe. Tau nggak,... pesawat yang ada di coral garden bukan pesawat beneran, melainkan pesawat-pesawatan, hasil kreasi orang Jerman. Tujuannya si Jerman membuat pesawat-pesawatan di bawah air itu adalah sebagai media tempat tumbuhnya coral. Agar coral dapat tumbuh lebih cepat maka pesawat-pesawatan itu dialiri listrik karena katanya, dengan dialiri listrik maka coral dapat tumbuh dengan lebih cepat. Emang sih,... waktu mengamati dari dekat si pesawat-pesawatan itu, coral-coral sudah mulai ada dan bertumbuh. Kami hanya sebentar mengamati si pesawat-pesawatan itu, karena di depan kami telah membentang coral garden. Jadi sekarang tau kan kenapa disebut dive spot yang kami selami itu disebut coral garden? Yang menakjubkan adalah kami menemukan sponge coral yang lumayan besar.
Kebodohan sang potograper pun lagi-lagi muncul. Nggak tau kenapa, sang potograper gak kepikir tuk ngambil foto sponge coral yang menakjubkan itu, padahal batre kamera sudah diganti. Dasar! Tapi nggak apalah karna ada 2 momen lain yang masih berhasil diabadikan. Momen pertama adalah aksi sang leader dengan udang yang berkenan membersihin gigi sang leader. Asep pun nggak mo kalah. Cuman bedanya,... begitu sang udang dah di gigi/bibir Asep, Asep tersentak kegelian. Jadi deh,...si udang ngumpet ke coral. Asep … Asep ... mbok gelinya ditahan dikit dong.
Momen kedua adalah gue berhasil membuat film cumi/sotong . Tadinya si cumi sih asyik tiduran di coral. Begitu sang potograper mendekat, pelan tapi pasti, anggun lagi,.... tu cumi mulai melepas diri dari coral,.... dan juga mulai memperlebar jarak dengan sang potograper. Tiba-tiba aja,.... wuuuuuut,.... si cumin ngilang. Gile mek,... berenangnya.
Lagi sik asyik menambah kedalaman penyelaman sambil menyaksikan keindahan coral garden beserta seluruh isinya, tiba-tiba si leader kasih kode minta kamera. Kamera pun berpindah tangan ke sang leader. Tau nggak kenapa? Di depan rupa-rupanya dengan anggun tengah berenang ikan napoleon yang guuuuuaaaaadee buaaaaangeeet. Taksiran berat sih sekitar 40 s/d 50-an kg dengan panjang lebih kurang 1 meteran. Gileeeee,... anggun, keren, cuek,.... blagu,.... berwibawa,..... tuh ikan. Pokoke,.... top abis,... dah tuh napoleon. Apalagi ngebandingin dengan napoleon yang pernah kami temuin di pulau Sangyang, Anyer, Banten. Kagak ade ape-apenye,... cing.
Selese si leader bikin foto sang napoleon, sang potograper pun meminta kamera dan dengan secepatnya merubah tombol kamera digital underwaternya menjadi movie alias film. Eh,.... tau dibikin film,.... tu napoleon mulai betingkah. Kayaknya sih pelan karna cuma ngepakin siripnya pelan, tau-tau tu ikan dah menjauh dari sang pembuat film . Dengan serta merta sang pembuat film mengejar si napoleon. Udah sekuat tenaga ngayuh fin + ngos-ngosan, tu ikan dengan mudah buanget memperlebar jarak dari sang pembuat film alias semakin menjauh. Saksi betapa sang pembuat film berusaha sekuat tenaga mengejar si napoleon adalah mbak Rina yang lagi asyik berdiscovery ria dengan om Sarwo. Sadar om,... sadar,... anda kan bukan ikan. Anda kan orang. Liat tu akibatnya,.... kecapean + isi tangki langsung drop!
Lagi-lagi kata penyiar TV,... waktu jualah yang mengharuskan siaran,... eh,... penyelaman harus diakhiri. Sambil bersiap-siap tuk naik ke permukaan, setelah melakukan penyelaman lebih kurang 40-an menit, ke-badut-an clown fish alias nemo berhasil diabadikan, lagi-lagi dalam bentuk film.
Selesai mengemas diving gear, mandi, + makan di resto,.... lebih kurang jam 5-an sore, kami pun pulang dari Tulamben ke Restu Bali, Legian - Kuta. Nyampe di hotel,.... ada yang langsung tidur, ada yang ngobrol, tapi lagi-lagi om Kiki dan mbak Dwi ngelayap ke salah satu cafe di Legian tuk ber-hedon ria. Hehehehe.
:::SUKA-SUKA:::
Ingat pernyataan tentang hal yang disesali? Obrolan sebelum masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri tuk mengakhiri malem minggu di Legian - Kuta (ada yang tidur, ada yang ngobrol, dan ada yang ber-hedon ria), akhirnya kami memutuskan untuk tidak melakukan penyelaman lagi di hari kedua, alias hari Minggu, 26 Juni 2004. Alasannya, kalo balik lagi ke Tulamben,.... kejauhan; apalagi kalo mo nyelam ke Pulau Menjangan. Sedangkan, kalo mo nyelam di Padang Bay atau Sanur atau Nusa Dua atau lain-lainnya, udah mahal, terus masih kalah dengan Tulamben. Nusa Penida? Bagus sih bagus dan nggak kalah dengan Tulamben, tapi nggak cucok tuk beginner karena penyelaman di sana adalah drift dive alias penyelaman berarus (maaf ya,.. Albert, mbak Yossi, dan mbak Rina.) Catatan: ketika kami pulang dari Tulamben ke Restu Bali, mereka juga ikut dan nginep di Restu Bali juga).
Minggu, 26 Juni 2004
Kami ngabisin waktu dengan jalan-jalan ke pasar Sukowati tuk beli oleh-oleh, terus ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), terus lagi-lagi nganterin Dwi cs ke Legian.
Senin, 27 Juni 2004
Subuh-subuh, Dwi dan Kiki kembali terbang ke Jakarta karna mesti ngantor. Sedangkan Asep, Sarwo, Juno, dan gue terbang ke Surabaya karna tiket ke Jakarta untuk semua penerbangan sudah habis. Dari Surabaya, Asep dan Sarwo lanjutin terbang lagi ke Jakarta. Nyang ini punya cerita sendiri. Ringkasnya, dari yang seharusnya terbang dari Surabaya ke Jakarta naik Garuda jam 4 pm, gara-gara keasyikan ngobrol, akhirnya ketinggalan pesawat dan baru dapat seat pada penerbangan yang jam 9.30 pm. Sedangkan gue kudu nganterin Juno tuk nerusin liburan di Bojonegoro,..... kota di mana Juno bisa bebas sebebas-bebasnyaaaaaaaa menikmati kebebasannya, seperti kami menikmati kebebasan kami ketika menyelam di Tulamben - Bali. Meski nyesel karna cuma nyelam 1 hari (3 dive), tapi secara umum, kami puas, was, was, was, was.
See u on next trip.
No comments:
Post a Comment