Tuesday, May 31, 2005

Yang Tak Kan Terlupakan ...

Sekarang gue mo cerita penyelaman di Tanjung Layar (23 April 2005). Hihihiih .. udah basi ya ?? Maap .. baru mood posting sekarang soalnya. Silakan baca, kalo mau .. hehehehe. Panjang nih .. mudah2an gak bosen bacanya.

Tanjung Layar adalah nama tempat paling ujung barat pulau Jawa. Di sana terdapat bangunan bekas mercusuar, di mana dari atas mercuar tersebut kita bisa melihat ombak mengempas ujung barat Pulau Jawa! Di spot inilah kita diving, di Samudra Indonesia! Rupanya tim yang trekking ke Tanjung Layar bisa melihat tim yang diving dari atas mercusuar.

Penyelaman kali ini di bagi menjadi 3 grup. Grup gue terdiri dari 5 orang, yaitu gue (itha), Tintin, Dwi dan si Taiwans, Leo dan Hammer. Gua dan Dwi menjadi leader dalam kelompok ini. Kompas kami bidikan ke arah pulau Karang. Selama sekitar 40 menit kami menyelam mengikuti arah arus. Dengan arus yg lumayan kuat, kami serasa melayang dibuatnya. Asiik sih … bisa hemat tenaga dan udara, karna kami dibantu didorong oleh arus. Hingga sampilah kami di pulau Karang. Di sini gue sempat melongok ke dalam lubang – seperti goa-, tapi gak berhasil melihat ke dalam karna walopun gue udah berpegangan, tapi gak sanggup menahan arus yang terasa semakin kuat dan bolak balik. Tanpa terasa kami sudah mengitari karang tersebut setengah lingkaran, sementara arus terasa semakin kuat dan gue sempet jumpalitan dibuatnya. Kami sempat mencoba berbalik arah untuk kembali ke permukaan, dan tentu saja tak mungkin oh tak mungkin, karena itu berarti akan melawan arus yang semakin kuat.

Karna persedian udara di tabung yang hampir mencapai garis peringatan maka kami memutuskan untuk muncul kepermukaan. Setelah safety stop sekitar 5 menit, dengan berpegangan tangan untuk menghindari terpencarnya kami, kamipun naik. Ketika muncul di permukaan, kami lihat kelompok yang lain ada di sekitar 70 meter dari kami kearah laut lepas. Sementara kapal gak keliatan, karna kami berada di balik karang. Gak lama Adi menghampiri kami dan dia bilang akan naik ke karang untuk manggil kapal.

Begitu muncul di permukaan kami disambut dengan gelombang yang besar dari seluruh penjuru, dan karena dekat dengan pulau Karang, menyebabkan ombak balikan yang lebih besar. Kami masih sempat berpegangan tangan namun karena ombak yang besar maka kamipun terpisah. Leo dan Hammer terbawa menuju Pulau Karang sedangkan gue dan Dwi mendekati Tintin untuk membantunya. Gue sempat bingung, apakah akan ke pulau Karang atau menjauh dan berkumpul dengan rekan2 yang lain. Akhirnya gue bilang ke Dwi, ”Kita ke karang Dwi ..”. Sambil menarik Tintin, gue dan Dwi berusaha menuju ke karang di tengah2 hantaman ombak yang beberapa kali memaksa kami timbul tenggelam. ”Jangan panik .. tenang .. tenang Tin .. ayo terus berenang”, cuma kata2 itu yang bisa keluar dari mulut gue dan Dwi. Di tengah usaha kami mencapai karang, gue akhirnya terpisah dari Tintin dan Dwi. Jadilah akhirnya gue sendirian bolak balik di hantam ombak. Dann … di salah satu hantaman ombak yg menuju ke karang gue sempet terbawa masuk celah antara dua karang. *aduh .. gue nulisnya sambil gemeter nih. Suerr*

Entah berapa meter gue masuk, mungkin juga gak terlalu dalam, tp yang pasti saat itu gue hanya bisa berdoa dan menahan nafas. Gue liat ke atas sambil berusaha menggerakkan kaki supaya naik ke permukaan, terbayang wajah Bangkit dan Ommar. Syukur Alhamdulillah akhirnya gue sampai ke permukaan. Mungkin waktunya hanya hitungan detik, tapi bagi gue rasanya kok lamaaa bener nyampe ke permukaan. Fuiiihh …

Nyampe permukaan gue langsung berpegangan kuat ke Karang, jangan sampe deh ke bawa masuk lagi. Gue liat Leo duduk di karang di sebelah gue. Begitu ombak lagi sepi, gue coba bergabung dengan Leo. Sempet beberapa kali gue berhenti karna lagi2 ombak datang. Jadi setiap kali ombak dateng, gue –dalam posisi tiarap- berpegangan kuat ke karang, begitu ombak lagi “sepi” gue kembali merayap untuk mencapai karang yg diduduki Leo. Dengan dibantu Leo akhirnya gue berhasil mencapai tempat dia. Sedangkan Dwi dan Tintin ternyata ada di karang yang lebih tinggi bersama Hammer. Gue liat Hammer berusaha menarik Tintin dan Dwi ke atas Karang, ahhh … betapa baiknya mereka.

Sampai di karang, gue lepas BCD + tabung dan pemberat. Gue letakkan di tempat yang aman dari hantaman ombak (di celah2). Sementara Dwi, Tintin dan Hammer aman berada di atas karang yg tidak dijangkau ombak, gue dan Leo masih harus berusaha menahan diri kami dengan berpegangan kuat2 ke karang bila ombak datang agar tidak terseret. Karang yang kami duduki ini ternyata masih terjangkau ombak. Bila ombak datang, kami menunduk sambil berpegangan karang. Gue sempet hampir terlepas karna saking kuatnya ombak dan gue udah mulai capek, untunglah Leo membantu megangin gue. Thanks Leo.

Gue dan Leo terdampar di pulau Karang dengan masih dihantam ombak. Di saat ombak lagi sepi, gue ngobrol2 aja ama Leo. Gue liat fin dia kok tinggal satu? Gue tanya dia .. ternyata finnya terlepas dan dia sempet panik waktu finnya lepas. Pantesan gue sempet denger dia berteriak ke Hammer dan gue gak tau artinya. Wong dia ngomong pake bahasa Taiwan .. manalah gue ngerti .. hihihihihi. Dalam hati gue … aduhh, bakalan ngeganti nih .. itu fin sewaan soalnya. Tapi yang gue bilang ke dia, “Gak papa Leo ..”. :-)

Sambil ngeliatin kapal yang lagi mengevakuasi temen2 yang lain di laut lepas, gue bilang ke Leo, seharusnya kita bergabung dengan mereka dan tidak boleh mendekati Pulau Karang, karena akan menyulitkan dalam evakuasi kami ke kapal. Dan diapun mengangguk. Jadi rupanya mereka tuh ngikutin Adi. Padahal Adi sudah bilang agar kita bergabung dengan teman2 yang lain, sedangkan dia akan ke naik ke karang untuk manggil kapal. Tapi mungkin mereka gak ngerti atau suara Adi gak kedengeran karna ditelan gemuruh ombak, mereka malah mengikuti Adi. Dan gue, Dwi dan Tintin mau gak mau kudu menuju Pulau Karang tersebut karena Hammer dan Leo sudah sampai disana. Pertimbangannya, Hammer dan Leo adalah tamu yang ikut dengan trip kami, sehingga sudah tanggung jawab kami untuk menjaganya. Pengalaman yang sangat berharga.

Sambil menunggu dievakuasi kami berfikir bagaimana caranya menuju kapal sementara kapal tidak mungkin mendekati Pulau Karang tersebut karena ombak dan karang yang tidak memungkinkan kapal untuk mendekat. Gue dan Leo harusnya naik ke karang yang lebih tinggi, tapi untuk menuju ke sana kami harus menunggu ombak lagi sepi. Klo nggak .. wawww .. bisa2 pas lagi berusaha naik, malah kami terseret lagi. Mana alat2 gak mungkin di bawa, gak kuat gue klo kudu ngangkat tanki dan teman2nya. Akhirnya kita stay aja di situ.

Akhirnya bantuan datang, Sarwo dan Adi sampai di tempat kami terdampar, dan begitu ombak lagi sepi gue naik ke karang. Alat2 gue tinggal. Alhamdulillah gue dan Leo sampai di atas pulau karang itu. Oleh SEM gue langsung di suruh snorkling menuju kapal untuk minta bantuan, di susul oleh Dwi. Dari arah kiri karang (klo menghadap ke laut lepas) gue mulai snorkeling ke arah kapal. Dari sebelah sini tidak berombak, jadi amanlah gue dan Dwi untuk menuju ke kapal. Sampe kapal gue minta temen2 untuk membawa bantuan berupa buoy (pelampung) dan tali untuk mengevakuasi Tintin, Hammer dan Leo serta perlengkapan diving yang kami tinggalkan tadi.

Wah ternyata tali yang ada di pelampung tidak cukup panjang untuk mencapai karang. Akhirnya dipakai tali tambang yang ada di kapal dan di sambung2lah tali2 tersebut, syukur ternyata cukup untuk mencapai karang. Eko turun dengan membawa tali dan pelampung menuju karang, dibantu oleh Aidil, Kiki dan ABK dari atas kapal. Evakuasi ini sempet di filemkan oleh Iwan (salah satu peserta LPT) yang kebetulan membawa handycam. Ahh .. memang dasar wartawan, dalam keadaan apapun selalu siap dengan kameranya. :-)

Evakuasi pertama membawa Tintin, Leo dan Hammer, kemudian baru perlengkapan diving kami yang terdampar. Syukur Alhamdulillah evakuasi berhasil dilaksanakan tanpa kekurangan apapun, termasuk alat2 diving kami. Eh .. tiba2 dari belakang kapal ada teriak .. “ehhh … apaan tuhh??” Wowww .. ternyata fin-nya Leo yang terlepas terlihat mengambang di dekat kapal. Jarot (salah satu peserta LPT) pun terjun untuk mengambil fin tersebut. Alhamdulillah … lengkap semua. Kami pun kembali ke Peucang dengan rasa lelah dan lapaaarr tapi legaaaa.

Terima kasih untuk teman2 anaklaut yang udah melakukan rescue untuk kami. Kalian memang TOOBBBBBBBBBBBBBB..!!!!!!!!!!


Proses evakuasi ..

Karang tempat kita terdampartintin leo hammerthe victims n rescuerthe victims
The victims and rescuer ....

Ujung Kulon ... suatu hari nanti mudah2an gue bisa ke sana lagi.

Saturday, May 28, 2005

Penyelaman di Tanjung Layar

Mercusuar Tanjung Layar, Ujung Kulon Mercusuar Tanjung Layar, ujung barat Pulau Jawa.

Bawah laut Tanjung Layar, Ujung Kulon.

Sementara belom gue apdet cerita penyelaman di Tanjung Layar, nikmati ini dulu ya. Mudah2an sajian gambar2 ini bisa semakin mengkompori yang udah niat mo belajar nyelem. *sambil ngelirik ibu ini dan bu presiden yg -denger2- lagi belajar renang*. hehehehe. Eh .. ketinggalan .. sambil lirik mom yang fangkeh ini juga.

Anemon FishImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.com
Anemon fish/ clown fishsea starLion FishMoorish Idol

nah .. ceritanya bisa di baca di postingan berikutnya ya ..

Wednesday, May 11, 2005

Savana Cidaun

23 April 2005

Hari ini trip dipisah jadi dua group, trip trekking dan diving. Yang ikut trip trekking ada 7 orang, termasuk madame JB, akan ikutan kapal lain yg kebetulan tujuannya sama, sedangkan sisanya ikut trip diving naik kapal yg kita sewa dari Sumur. Trip trekking hari ini akan mengunjungi Tanjung Layar, Cidaun dan Karang Copong. Sedangkan trip nyelem akan ke Tanjung Layar dan Karang Copong serta ke savana Cidaun, padang penggembalaan banteng (bos javanicus). Tapi akhirnya nyelem di Karang Copong dialihkan ke Karang Care (lagi).

Perjalanan menuju spot Tanjung Layar ditempuh sekitar 25 menit naik kapal dari P. Peucang. Nah .. pada saat penyelaman di Tanjung Layar inilah terjadi kejadian yang cukup menghebohkan dan yang pasti gak akan terlupakan (buat gue, dwi, tintin dan the taiwans Leo n Hammer). Tapi ceritanya nanti aja ya, gue bikin tersendiri. Rencana 2 kali penyelaman sebelum makan siang, akhirnya cuma bisa terlaksana 1 kali. Dari Tanjung Layar, kita kembali ke Pucang untuk makan siang.

Abis makan siang, rencana berubah, yang tadinya mau nyelem di Karang Copong, dialihkan ke Karang Care (lagi). Abis nyelem, gue berasa capek banget. Mungkin masih lelah karena 'kejadian' di Tanjung Layar sebelumnya. Untuk menuju ke kapal gue berenang mundur (posisi gaya punggung) sambil mejemin mata. Sekalian istirahat ceritanya.

Ini hasil "tembakan" Kiki di penyelaman yang kedua di Karang Care.

Image hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.com

Dari Karang Care kita kembali ke Peucang, istirahat sebentar, kemudian lanjut ke Cidaun (kemarin gagal kesana karna hujan). Perjalanan ke Cidaun ditempuh kurang lebih 15 menit naik kapal dari Peucang. Karna kapal gak bisa merapat, perjalanan disambung dengan kapal kecil.

Lah .. kok pada miring gitu yak? Image hosted by Photobucket.com

Di Cidaun, yang merupakan padang penggembalaan, kita bisa melihat hewan-hewan di habitat aslinya. Kita bisa mengamati sekumpulan banteng (Bos Javanicus) di sini. Puluhan ekor banteng dari kejauhan tampak merumput di padang penggembalaan Cidaun yang terletak di Semenanjung Ujung Kulon. Kita memang hanya bisa memandang dari kejauhan, karena bila mendekat mereka akan menjauh. Deuuu ... sok jaim deh ni banteng.

Untuk melihat pemandangan banteng di Cidaun, waktu yang tepat adalah sore hari. Kadang2 kita juga bisa melihat merak hijau yang mengendap-endap di antara semak. Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) yang hampir punah itu juga bisa ditemui di Cidaun. Owww .. tunggu dulu, untuk bisa ketemu badak di cidaun adalah hal yang sangat langka, se langka populasinya. Jumlahnya sangat sedikit, hanya 60 ekor menurut sensus terakhir Januari silam. Apalagi ditambah dengan binatang ini begitu menutup diri. Butuh kesabaran extra kalau mau melihat badak, karena kita bisa menginap berhari-hari sampai berminggu-minggu di Cidaun. Itupun terkadang tidak berhasil. Tapi klo mo ketemu "muka badak" mah gampang ... ada di mana-mana, hahaahaha ....

Menurut salah satu penjaga hutan disana, pada musim kemarau ia pernah melihat satwa langka ini mengendap-endap di Cigenter, sebuah daerah yang berhadapan dengan Pulau Handeuleum. Jadi kalo kalian *cieh kalian* lihat foto2 badak Jawa di majlah2 ato di mana saja, itu adalah buah kesabaran sang fotografer.

Image hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.com

Puas ngeliat badak eh banteng, kita balik ke Peucang lagi. Abis makan malam, dilanjutkan degan nite dive di sekitar Pulau Peucang saja.

Udah dulu ah ... berikutnya gue cerita kejadian di Tanjung Layar deh. Sabar yaaa...

updated.
ada yang komen :
18/05/2005 13:23:00
Iting
tebak2an yuk...sapa yang salah kostum di foto2 yang terbaru?


Silakan tebak. *pasrah*

Friday, May 06, 2005

Penyelaman di Karang Care

22 April 2005.

Masih cerita trip ke Peucang. Hari ini rencananya kita diving di Karang Care. Perjalanan menuju Karang Care di tempuh sekitar 20 menit naik kapal dari Peucang. Kali ini semua ikutan ke Karang Care, kecuali teman2 yang lagi ambil course karna mereka akan latihan perairan terbuka (LPT) di sekitar pulau Peucang . Yang gak diving, rencananya mau snorkling aja di sana. Ternyata snorkling si Karang Care tidak memungkinkan, karna gak ada yang bisa diliat. Jadi gini, karna kapal yg kita pake lumayan gede, jadinya tu kapal kudu nyandar agak jauh dari bibir pantai. Sedangkan klo mo snorkling justru lebih bagus klo agak2 deket pantai, yang kedalamannya gak lebih dari 5 meter, baru deh keliatan tuh koral2 dan ikan2nya.

Ombak cukup lumayan gede saat itu, dan arus juga lumayan kencang. *katanya ... Ujung Kulon emang tempatnya maen arus*. Yang gue rasakan juga, kadar garam di sana lebih pekat di banding tempat kita biasa nyelem, Sangiang. Visibiliti lumayan, sekitar 5 meter *lumayan bagus ato lumayan jelek nih*.

Kali ini gue gak turun, karena sesuatu dan lain hal *ada deh* hahahahaha. Selain gue, Tintin, Yosi dan Eko juga gak ikutan turun. Jadilah kita di atas kapal nungguin yang diving naek. Karna ombak yang lumayan gede, kapal akhirnya angkat jangkar dan muter2 aja di sekitar situ, yang penting gak brenti. Lumayan juga goyangannya klo tu kapal brenti.

Sekitar 40 menitan mereka mengembara di bawah sana, akhirnya satu persatu bermunculan. Dan, seperti biasa, mulailah kicauan cerita2 di bawah sana beredar. Rupanya mereka bertemu seekor penyu yang sayangnya penyu itu SUDAH MATI. hiks .. hiks. Awalnya dikira penyu itu tidur .. tp kok dideketin gak bergerak, trus Aidil coba raba nadinya *gayanya kayak dokter aja*, ternyata gak ada denyutnya. Kondisinya punggungnya juga retak-retak. Duuhhh .. perbuatan siapakah ini?? hiks.. hiks .. teganya .. teganya ...


Colek2 penyu, gerak gak dia??OMG ... dia sudah wafat .. hiksLiat nih .. hasil perbuatanmu!!
speechlesss ...hiks ..hiks .. perbuatan siapakah ini??


HUAAAAA ... "PERBUATAN BIADAB SIAPAKAH INI???".
Oya .. buat yang sempet PROTES "Kenapa kok tu penyu dipegang-pegang, kan kalo dipegangin penyelam terus, maka penyu bisa mati", sekali lagi kami bilang bahwa penyu tersebut ditemukan dalam kondisi SUDAH MATI. Jadi ndak usah kawatir klo kami sejahil dan sejahat itu . Enggaklah yaawwwwww ...

Sedangkan kelompok yang satu lagi *wkt turun, mereka dibagi menjadi bbrp kelompok*, cerita begini "Kami sempat menemukan karang berbentuk tempurung kelapa dengan diameter sekitar 4 meter dan dibawahnya dipenuhi ikan beraneka rupa yang sayangnya saya tidak ketahui namanya. Disekitar karang tersebut saya juga menemukan satu terumbu karang berbentuk silinder terbalik menyerupai vas bunga dan diatasnya dipenuhi ikan-ikan kecil. Saya juga sempat bingung karena saya hanya menemukan satu ekor bulu babi, itupun di kedalaman, pantai di Ujung Kulon juga bersih dari bulu babi. Suatu kenyataan yang sangat berbeda dari Kepulaun Seribu dimana saya bahkan pernah tersengat bulu babi di pantai." Yeee .. Andre .. Ujung Kulon jangan dibandingin ama Pulau Seribu dong aaahh ...


Koral Karang CareMoluska Karang CareSea Fan Karang Care


Selesai diving, kami kembali ke Peucang. Rencananya sore ini kami mau ke Cidaun, ladang penggembalaan Banteng (Bos Javanicus). Ternyata hujan turun dengan derasnya jadi terpaksa acara ke Cidaun batal. Tapi setelah ujan berenti, udara yang tadi siang terasa panas dan gerah, menjadi segar. Oya si Perancis akhirnya upgrade ke kamar AC karna gak tahan panas, dan dengan rela menambah biaya untuk itu.

Acara hari ini kami tutup dengan nyelam malam (nite dive) di sekitar pulau Peucang. Kali ini gue ikutan. Gak banyak koral yg bisa diliat, cenderung berisi padang pasir malah. Tapi faunanya lumayan, walo gak banyak tp cukup beragam. Selesai evaluasi kegiatan hari ini, kami pun beristrahat karena besok akan nyelam ke Tanjung Layar.

Tunggu ceritanya Nyelam di Tanjung Layar ...

Monday, May 02, 2005

Pulau Peucang, Pulau Impian

Impian gue dan Tintin, pada 22 April 2005 tercapai sudah. Jadi ceritanya dulu gue ama Tintin suka ngomong gini "Peucang yukk .. kita ke Peucang, katanya bagus. Nyelem di sana yuk". Trus bulan Juni tahun lalu, Asep dan SEM sempet menyelam di Peucang, ikutan trip group lain. Dan akhirnya tahun ini kita bikin trip sendiri. Awalnya kita hanya akan bikin trip diving, tetapi rupanya ada beberapa teman yang berminat ikutan. Jadilah akhirnya kita bikin 2 jenis trip, diving dan trekking. Tetapi ujung2nya mereka yang tadinya berminat ikutan malah pada gak jadi semua. Mungkin paranoid? atau lebih tertarik menghabiskan uangnya untuk shopping? whateverlah ...

Rencana pun berubah, yang tadinya akan menyewa 2 buah kapal jadinya cukup satu kapal saja. Susunan acara juga berubah, diving di selingi dengan trekking. Tapi .. ternyata di hari-hari terakhir, gue terima telpon dari beberapa orang agar mereka di bolehin ikut trip kita. Weleeehh ... pikir2 dikit, akhirnya kita putusin hanya terima satu orang lagi untuk diving, dan 2 ato 3 orang lagi bila tidak diving. Akhirnya jadilah 31 orang yang berangkat ke Peucang. Peserta trip kali ini, kalo kata Andreas (salah satu peserta), bisa dibilang sedikit berbau "multinasional", karena di trip ini ikut 2 penyelam Taiwan dan 1 penyelam Perancis yang membawa serta istrinya. Si Taiwan kita panggil Leo dan Hammer, sedangkan si Perancis kita panggil JB (JeBi)dan madame JB, singkatan dari namanya Jean Baptiste. Selain itu ada Andreas, Ica - wartawati Media Indonesia -, Wandan, Teh Rina beserta suami dan anak2nya dan tentu saja Baracuda dan Molamola.

Jam 1 dini hari kami cabut dari Tanjung Duren. Perjalanan menuju Sumur yang diperkirakan memakan waktu 5 jam, eehh molor hingga 7 jam!!!. Ternyata masalahnya di bus yang kita sewa. Bus itu ternyata bus baru .. new .. fresh dan masih in reyen. Kagak bisa digeber, maximal cuma 80 km/jam doang, ealaahh. Mana tu AC dingin banget, kalah deh puncak gunung. Jam 8-an baru nyampe di Sumur, langsung sarapan dan loading barang ke kapal.

Selesai berdoa, sekitar jam 9 kami semua naik ke kapal. Karna kapal gak bisa merapat, maka kami diantar oleh kapal kecil untuk naik ke kapal yang besar. Perjalanan menuju Peucang lancar dan ditempuh sesuai dengan perkiraan kami, 3 jam.

Peserta trippeserta trippelabuhan di sumur
Image hosted by Photobucket.comon the boaton the boat

Merapat di dermaga Pulau Peucang, kami disambut oleh kawanan rusa (Cervus Timorensis), sekumpulan monyet dan seekor biawak. Aaahh ... akhirnya gue sampe juga ke Peucang. Rusa di sana sangat jinak, cenderung manja malah. Kebalikannya dengan si monyet2 berekor panjang. Hati2 dengan tu monyet, rese banget, suka nyolong makanan. Jangan coba2 deh jalan sambil bawa makanan, ato nenteng2 plastik kresek (dikira isi makanan), pasti bakalan di tomprok ama tu monyet. Sebungkus silver queen dan seplastik uli abis diembat tu monyet. Beberapa bungkus coklat cha-cha dan seplastik gula abis diacak2 mereka. Padahal waktu itu pintu udah di kunci, eehh .. rupanya grendel yg atas belom dislot, jadilah akhirnya tu monyet bisa ngebuka pintu. Asli .. persis seperti pencoleng manusia, ehh .. manusia pencoleng *lah pan satu turunan yak .. hihihihihi*. Dasar monyeeetttt! :-D. Tapi tu monyet emang cuma ngincer makanan doang kok, lainnya enggak. Jadi asal kita menyimpan makanan kita dengan rapih dan gak lupa ngunci pintu dan jendela klo mo ninggalin kamar, kita aman dari gangguan tu monyet. Sebenernya sih cuma adu gertak aja, klo dia ngegertak trus kitanya takut dia bakalan ngelunjak. Tapi klo kita balik gertak ternyata doi takut juga. Terbukti ada salah satu peserta yg balik gertak tu monyet. Asli ngibrit tu monyet, dikejar eh makin ngibrit, jadilah akhirnya uber2an ama monyet. hahahahhaha .. siapakah dia??

Gapura Pulau Peucangmonyet resebiawak

Oya di Pulau ini juga, dulu, waktu masih berjaya, RI 1 yang kedua (tau kan maxut gue), akan berleyeh-leyeh setelah selesai memancing, salah satu kegemaran doi. Dulu, kalau doi datang penjagaannya ketat, ada tentara dari AL dan AD. Kala itu juga, untuk sampai ke Pulau Peucang, kita kudu ngerogoh kocek cukup dalam, karna harga2 dipatok dengan dollar. Klo sekarang mah orang udah bebas ke Pulau Peucang. Tinggal arrange trip lalu koordinasi sama petugas TNUK. Harga kamar bervariasi mulai dari 150 ribu per malam berupa barak yang muat nampung 7 orang, hingga kamar ber AC dengan harga 580 ribu permalam. Mungkin barak2 itu dulunya buat tidur pengawal2nya si RI 1 kedua.

Rusa di pantaiEko dan RusaDi depan penginapan

Julukan Golden Beach untuk pantai Pulau Peucang ternyata tidak salah. Pasirnya yang lembut akan meninggalkan jejak yang cukup dalam bila kita menginjaknya. Lautnya yang biru tenang dan jernih bener2 mengundang. Dan makan malam ataupun hanya duduk ngobrol di teras penginapan, ditemani rusa-rusa jinak itu merupakan pengalaman yang sangat mengesankan dan tentu saja gak bakalan di temui di Jakarta.

Sun dulu dong yang...Suapin dong sayy ..Abet lagi curhat ama rusa

Setelah beres2 barang, tanpa menunggu makan siang yang sedang di masak sang juru masak, kami pun siap2 untuk diving. Alat scuba sengaja gak kami bawa ke penginapan, jadi kami tinggalkan di kapal. Oya ... di trip ini kami ngangkut 30 tanki plus 1 kompresor untuk air refill. Ditambah masing2 diver bawa satu gearbag berisi perlengkapan diving dan satu buah tas lagi berisi pakaian ganti, serta beberapa kardus softdrink dan air mineral, 5 galon aqua dan beberapa kardus makanan kecil dan buah2an, beban yang harus diangkut kapal cukup lumayan juga. Maka dari itu kapal yang seharusnya bisa diisi hingga 40-50 orang, terpaksa kami batasi. Mohon maaf buat teman2 yang terpaksa kami tolak untuk ikut trip kali ini. Lagian sih .. in the last minute baru mo ikutan. Mohon maaf ya ... mudah2an lain kali kita bisa trip bareng.

Okayyy ... gue stop dulu yak .. siap2 mo diving nih. dadaaaahhh ....

note. Klik gambar untuk liat gambar yang besar.